LUWU UTARA - Kepala Bappelitbangda Kabupaten Luwu Utara, Drs. H. Aspar, menyebutkan bahwa sesungguhnya masa depan Luwu Utara ditentukan oleh seberapa besar kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
“Masa depan Luwu Utara itu ditentukan oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Jika produksi di sektor-sektor ini sedikit saja mengalami penurunan, maka tentu akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi, ” kata Aspar, saat memimpin Rapat Monev Perangkat Daerah, khusus Dinas Pertanian, Rabu (29/11/2023), di Ruang Rapat Dinas Pertanian.
Aspar tentu memiliki data yang dapat menguatkan argumentasinya. Salah satunya adalah fakta bahwa separuh dari PDRB Kabupaten Luwu Utara itu, berdasarkan data BPS, disumbang oleh sektor-sektor tadi, yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
“Saya berharap perangkat daerah terkait segera melaporkan fenomena-fenomena yang terjadi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan menggunakan data pendukung yang disajikan pada matriks dengan menggambarkan tren kondisi riil minimal tiga tahun terakhir, serta asumsi minimal tiga tahun ke depan, ” kata dia.
Untuk itu, Aspar tetap optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Luwu Utara masih on the track untuk terus mengalami pertumbuhan di tengah kondisi global yang sebenarnya belum baik-baik saja. “Jika produksi di semua subsektor yang mendukung pertanian ini rata-rata tumbuh di atas 7%, maka bisa diasumsikan pertumbuhan ekonomi di 2023 ada di kisaran 7%, ” imbuhnya.
Masih Aspar, jika pertumbuhan ekonomi Luwu Utara mencapai 7% atau lebih, maka dipastikan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat secara signifikan, yang secara langsung juga dapat mendongkrak nilai IPM Luwu Utara. Bahkan dapat mengalami permutasi peringkat IPM Luwu Utara, dari peringkat 12 naik ke peringkat 11 di Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelumya, Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Abdul Muchtar, mengungkapkan bahwa sampai saat ini lebih dari 3.000 hektare lahan sawah di Luwu Utara yang siap panen. “Data yang disampaikan BPS baru sampai Oktober, sementara masih ada panen hingga Desember, yang memungkinkan total produksinya jauh lebih besar. Jika dibanding tahun sebelumnya, tentu akan mengalami peningkatan lebih dari 7%, ” terang Muchtar.
Sementara Kabid Penyuluhan, Made Sudana, mengungkapkan bahwa ancaman terbesar sektor tanaman pangan adalah hama penggerek, tikus, termasuk banjir. Ia pun menyayangkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ini belum meng-cover daerah-daerah yang memang rawan terhadap ancaman gagal panen, utamanya daerah yang rawan bencana banjir.
Selain Kepala Bappelitbangda, ikut hadir dalam monev ini, Kepala Dinas Pertanian (Distan), Kabid Tanaman Pangan Distan Abdul Muhtar, Kabid Penyuluhan Distan Made Sudana, Kabid Hortikultura Distan Djalaluddin Dalami, serta seluruh jajaran kepala bidang Bappelitbangda. Diketahui, monev ini dijadwalkan rutin dilaksanakan dalam setiap triwulan. (Ctr/LHr)